Ada 2 jenis Spesies Anoa yang ada di Sulawesi Tenggara, yaitu :
1.
Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis)
Anoa Dataran Rendah biasa dikenal dengan istilah nama Anoa
de Ilanura, Anoa des Plaines, atau Lowland Anoa. Sedangkan Anoa yang spesies pegunungan
biasa dikenal dengan istilah nama Anoa de Montana, Mountain Anoa, Anoa des Montagnes,
Quarle's Anoa, dan Anoa de Quarle. Dilihat dari tekstur warna kulit hewan Anoa
mempunyai kemiripan dengan kerbau, dan tanduknya meruncing dan memipih, tanduk
tersebut mengarah lurus ke belakang. Anoa mempertahankan diri dengan cara
melawan menggunakan tanduknya, dan apabila terpaksa biasanya menceburkan
dirinya sediri ke rawa-rawa. Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) biasa
disebut dengan istilah Kerbau Kecil, karena tekstur tubuhnya sangat mirip
dengan hewan kerbau, tetapi Anoa lebih kecil dan pendek, kurang lebih sebesar
hewan kambing. Spesies bernama latin Bubalus Depressicornis ini disebut dengan
istilah lain sebagai Anoa de Ilanura, Anoa des Plaines, atau Lowland Anoa. Anoa
Dataran Rendah yang menjadi satwa identitas asli Provinsi Sulawesi
Tenggara ini sulit untuk ditemukan
dibandingkan Anoa Pegunungan. Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis) memiliki tekstur tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan Spesies Anoa
Pegunungan atau Bubalus quarlesi. Panjang tubuhnya kurang lebih sekitar 150 cm
dengan tinggi kurang lebih sekitar 85 cm. Berat tubuh Anoa Dataran Rendah (Bubalus
Depressicornis) mencapai 300 kg. Anoa Dataran Rendah memiliki panjang tanduk mencapai 40 cm. Anoa Dataran Rendah dapat bertahan hidup mencapai usia kurang
lebih 30 tahun, sedangkan usia matangnya secara seksual pada umur 2 s/d 3 tahun
dan dalam setiap kehamilan Anoa betina dapat melahirkan satu bayi saja. Masa
kehamilan Anoa sekitar 9 s/d 10 bulan, dan sesudah lahir Anak Anoa mengikuti
induknya sampai berusia dewasa, meskipun Anak Anoa telah disapih saat umur 9
s/d 10 bulan. Sehingga Anoa Betina tidak jarang bersama dengan dua anak anoa
yang berbeda usia. Anoa Dataran Rendah hidup di habitat mulai dari pantai,
masuk ke hutan, dan sampai dengan hidup di hutan dataran tinggi dengan ketinggian
mencapai 1.000 meter diatas permukaan laut. Anoa lebih suka menyukai habitat di
danau atau didaerah hutan ditepi sungai mengingat hewan langka yang dilindungi
ini selain membutuhkan air untuk mereka minum, Anoa juga senang merendamkan
tubuhnya saat sinar matahari menyengat di siang hari.
Anoa Pegunungan biasa dikenal dengan istilah nama Anoa
de montana, Mountain Anoa, Anoa de Quarle, Anoa de montagne, dan Berganoa. Dalam
bahasa latin Anoa Pegunungan sering disebut Bubalu Quarlesi. Anoa Pegunungan
ini memiliki tekstur tubuh yang lebih ramping di bandingkan dengan Anoa Dataran
Rendah. Panjang tubuhnya Anoa Pegunungan berbeda dengan Anoa Dataran Rendah
mencapai sekitar 122cm s/d 153 cm dengan tinggi kurang lebih 75 cm. Berat tubuh
dewasa Anoa Pegunungan sekitar 150 kg dengan panjang tanduk mencapai sekitar 27
cm. Anoa Pegunungan dapat bertahan hidup mencapai usia antara 20 s/d 25 tahun,
sedangkan usia matangnya secara seksual pada umur 2 s/d 3 tahun dan dalam
setiap kehamilannya Anoa betina melahirkan satu bayi saja. Masa kehamilan Anoa
sekitar 9 s/d 10 bulan, dan anak Anoa tinggal bersama induknya sampai berusia dewasa,
meskipun Anak Anoa telah disapih pada saat umur 9 s/d 10 bulan. Sehingga jarang
induknya membawa dua anak anoa langsung yang berbeda usia. Anoa Pegunungan
tinggal di habitat hutan dataran tinggi mencapai ketinggian sekitar 3.000 meter
diatas permukaan laut, meskipun terkadang spesies Anoa Pegunungan ini terlihat
turun ke tepi pantai untuk mencari air dan garam mineral yang diperlukan untuk
proses metabolismenya.
Anoa Pegunungan lebih aktif muncul pada pagi hari, dan
mereka beristirahat saat siang hari dengan berlindung di bawah batu menjorok, pohon
- pohon besar, dan biasanya mereka juga berlindung dibawah akar pohon atau berkubang
di kolam dan lumpur. Tanduk Anoa digunakan untuk menggali tanah benjolan dan
menyibak semak - semak, selain itu tanduk Anoa digunakan untuk menunjukkan
dominasi, sedangkan pada saat berkelahi, bagian ujung tanduk yang tajam menusuk
keatas digunakan untuk melindungi diri dan melukai lawan saat menyerang. Ketika
bersemangat berkelahi, Anoa Pegunungan ini biasanya mengeluarkan suara “Mooo”.
Satwa Anoa semakin hari semakin sulit ditemukan dan
langka untuk dijumpai di Indonesia. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot di Provinsi
Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena sejak tahun 1986, IUCN
Redlist memasukkan kedua jenis Anoa baik Anoa Dataran Rendah dan Anoa Dataran
Tinggi ini dalam status Konversi atau Satwa Terancam punah (endangered). Selain
itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini baik Anoa Dataran Rendah dan
Anoa Dataran Tinggi dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjual belikan
secara umum. Pemerintah Indonesia juga memasukkan hewan Anoa sebagai salah satu
hewan yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Di beberapa daerah yang masih terdapat hewan langka yang
dilindungi diantaranya yaitu Taman Nasional Lore-Lindu, Cagar Alam Gunung
Lambusango, dan TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah). Hewan
Anoa sebenarnya tidak mempunyai musuh (predator) alami. Ancaman kepunahan satwa
endemik Sulawesi Tenggara ini lebih disebabkan akibat oleh perburuan liar yang
dilakukan manusia untuk mengambil kulit, daging, dan tanduknya untuk dijual dan
penyebab yang kedua yaitu deforestasi hutan atau pembukaan lahan pemukiman dan pertanian.
Sekian ulasan tentang Hewan Anoa (Bubalus Depressicornis) Khas Sulawesi Tenggara. Semoga ulasan kami diatas bermanfaat dan menjadi panduan anda semua bagi pembaca. Tunggu ulasan hewan kami selanjutnya. Terimakasih
0 komentar